Minggu, 18 November 2012

“Sungguh, kematian Sa’ad telah membuat Arys Allah terguncang.”




Sa'ad bin Mu'adz berjuluk Abu Amr. Ia seorang pemuda Aus yang dikenali jago menunggang kuda, dan berani. Ayahnya adalah Mu'adz bin An-Nu'man dan ibunya bernama Kabsyah bintu Rafi '. Adapun isteri Sa'ad adalah Hindun binti Sammak, bibi Usaid bin Hudhair. Sa'ad adalah pemimpin Bani Abdul Asyhal.

Pada saat duta Islam, Mus'ab bin Umair, berdakwah di Yathrib (Madinah) dan berjaya mengajak beberapa orang untuk beriman kepada Rasulullah SAW, Sa'ad tercengang. Ia langsung memerintahkan sahabat karibnya, Usaid bin Hudhair, untuk menemui Mus'ab yang ketika itu bersama As'ad bin Zurarah (anak bibi Sa'ad bin Mu'adz) agar mau menghentikan aksinya.

Namun, sesampai di tempat Mus'ab dan selepas berdialog dengannya, Usaid malah menyatakan keislamannya. Ia pun segera pulang untuk menemui Sa'ad dengan harapan agar Sa'ad juga boleh mengikuti jejaknya.

Melihat keadaan Usaid yang raut wajahnya sudah tidak seperti ketika perginya, Sa'ad bertanya, "Apa yang terjadi pada dirimu?"

Usaid menjawab, "Aku sudah bercakap dengan dua orang tersebut. Demi Allah, aku tidak melihat kedua-duanya tidak mempunyai kekuatan. Aku sudah melarang mereka berdua, lalu keduanya berkata, 'Kami akan melakukan sesuatu yang engkau sukai. Aku sudah diberi tahu bahawa Bani Harithah sudah menemui As'ad bin Zurarah untuk membunuhnya, kerana mereka tahu bahawa anak ibu saudaramu telah menghinamu. "

Mendengar hal itu, Sa'ad bangkit dengan marah, memuat tombaknya lalu menghampiri As'ad bin Zurarah dan Mus'ab. Namun, tatkala Sa'ad melihat kedua-duanya yang duduk tenang-tenang saja, barulah ia menyedari bahawa Usaid bermaksud mengakalinya agar dia boleh mendengar apa yang disampaikan mereka berdua.

Dengan wajah cemberut Sa'ad berdiri di hadapan mereka berdua, lalu berkata kepada As'ad bin Zurarah, "Demi Allah wahai Abu Umamah, kalau bukan kerana ada hubungan kekeluargaan antara kita, aku tidak menginginkan hal ini terjadi. Engkau datang ke perkampungan kami dengan membawa sesuatu yang tidak kami sukai. "

Mus'ab berkata kepada Sa'ad, "Bagaimana jika engkau duduk dan mendengar apa yang aku sampaikan? Jika engkau suka terhadap sesuatu yang aku sampaikan, maka engkau boleh menerimanya. Dan jika engkau tidak menyukainya, maka kami akan menjauhkan darimu apa yang tidak kau sukai. "

"Engkau cukup adil" kata Sa'ad, sambil menancapkan tombaknya, dan duduk bersama kedua-duanya.

Lalu Mus'ab menjelaskan Islam kepadanya dan membacakan Al-Quran dari permulaan surat Az-Zukhruf.

Kemudian Sa'ad bertanya, "Apa yang kamu lakukan tatkala dahulu kamu masuk Islam?"

"Hendaklah engkau mandi, bersuci dan keterangan dengan kesaksian yang benar," jawab Mus'ab.

Maka Sa'ad akan mandi dan bersyahadat, kemudian solat dua rakaat. Ia memungut tombaknya, lalu kembali ke balairung, yang di sana ada kaumnya. Setelah berdiri di hadapan mereka, ia berkata, "Wahai Bani Abdul Asyhal, apa pendapat kamu tentang diriku di tengah-tengah kamu?"

Mereka menjawab, "Engkau adalah pemimpin kami, orang yang paling kami ikuti pendapatnya di antara kami dan orang yang paling kami percaya."

Sa'ad meneruskan, "Tak seorang pun di antara kamu, baik laki-laki mahupun wanita dilarang berbicara denganku sebelum kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Belum sampai petang hari, tak seorang pun, baik laki-laki mahupun perempuan di Bani Abdul Asyhal melainkan sudah menjadi Muslim dan Muslimah.

Sesudah itu, jalan hidup Sa'ad berubah. Mengabdi dan berjuang untuk Islam adalah pilihannya. Dalam masa yang singkat ia telah mengukir banyak momen-momen kepahlawanan yang luar biasa.

Apabila Rasulullah SAW harus perang di Badar, Sa'ad yang mewakili orang-orang Ansar memberikan sikap dan sokongan yang tegas. Pada Perang Uhud yang bergejolak, Sa'ad menjadi perisai Rasulullah, tegak berdiri di sisi beliau. Di Khandaq, ia turut mempertahankan Madinah mati-matian. Ia terluka terkena panah Hibban bin Qais Al-Araqah. Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk merawat Sa'ad di khemah Rufaidhah agar memudahkan beliau untuk menjenguknya.

Pada saat itu Madinah dikepung dan tiba-tiba orang-orang Yahudi dari kaum Bani Quraidzah khianat. Mereka turut bersekutu dengan Quraisy, padahal sebelumnya telah melakukan perjanjian dengan Rasulullah SAW. Setelah kemenangan di Perang Khandaq, Rasulullah langsung mengadakan pengepungan terhadap perkampungan Bani Quraidzah yang telah khianat.

Setelah 25 hari, akhirnya orang-orang Yahudi Bani Quraidzah menyerah. Mereka meminta dihakimi oleh orang lelaki dari kaumnya sendiri. Maka Sa'ad bin Mu'adz yang disepakati dan Rasulullah bersetuju. Di tengah-tengah rasa sakit kerana luka yang terus memburuk, Sa'ad berdoa, "Ya Allah, janganlah Engkau cabut nyawaku, sampai aku menyelesaikan urusanku dengan Bani Quraidzah."

Sa'ad bersikap tegas, ia memutuskan. "Hukumannya adalah para laki-laki dewasa dibunuh, para wanita dijadikan tahanan dan harta mereka dibahagi rata!"

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya engkau telah menghukum dengan apa yang ada di atas langit."

Sesudah itu, hari-hari Sa'ad adalah penantian menuju keabadian. Ia memohon agar luka-luka itu menghantarkannya kepada kesyahidan. Ia kerap dijenguk oleh Rasulullah. Beliau berdoa untuk Sa'ad. "Ya Allah, sesungguhnya Sa'ad ini telah berjuang di jalan-Mu. Maka terimalah ruhnya dengan penerimaan yang sebaik-baiknya. "

Sa'ad ingin hari yang dilihatnya adalah wajah Rasulullah yang mulia. Ia pun memberi salam. "Assalamu'alaika, ya Rasulullah. Ketahuilah bahawa saya mengakui bahawa anda adalah Rasulullah. "

Rasulullah memandang wajah Sa'ad lalu berkata, "Kebahagiaan bagimu, wahai Abu Amr!"

Dan Sa'ad pun pergi menuju keabadian, menghadap Ilahi. Orang-orang berduka cita dan berkabung. Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, kematian Sa'ad telah membuat Arys Allah tergoncang."

- sumber dari republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar