Amerika
 Serikat. Dikenal juga sebagai United States of America. Memiliki sistem
 pemerintahan federal dan merupakan asal sistem pemerintahan 
presidensial. Salah satu negara super-power di dunia yang merupakan 
salah satu dari negara termaju di dunia. Hampir superior dalam segala 
bidang, yang paling mencolok adalah pertahanan, teknologi, dan ekonomi. 
Selain itu, juga merupakan pembuat masalah terbesar di dunia setelah 
Russia. 
Indonesia.
 Dikenal juga sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara dengan 
17,000 pulau dengan sistem pemerintahan presidensial dengan berlandaskan
 Pancasila. Negara kepulauan besar yang berada di antara 2 benua dan 2 
samudra. Salah satu negara transit perdagangan yang cukup ramai. 
Memiliki hubungan yang cukup buruk dengan Malaysia dan merupakan salah 
satu negara paling konsumtif dan korup di dunia.
Setelah
 anda melihat secara sekilas kedua negara tersebut, maka akan terdapat 
jutaan perbedaan antar penduduknya. Tapi, ada beberapa perbedaan yang 
sangat mencolok di antara kedua negara ini dan penduduknya. Saya mencoba
 mengupas dari sisi edukasi dan sosial budaya.
Pilih yang mana, universitas/sekolah swasta atau negeri?
Coba
 anda ajukan pertanyaan ini kepada orang Indonesia, pasti mereka akan 
langsung menjawab “jelas negeri!”. Di Indonesia, sekolah swasta umumnya 
tidak terlalu terkenal, kecuali jika memang punya nama besar seperti 
Bali International School atau sejenisnya yang memiliki prestasi tingkat
 tinggi. Umumnya orang Indonesia lebih memilih sekolah negeri karena 
biaya lebih murah 
Begitu
 juga dengan orang Amerika. Sekolah negeri atau public schools di sana 
memang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah negara bagian yang 
bersangkutan. Namun, ketika menyangkut kualitas, umumnya sekolah swasta 
di Indonesia memiliki sedikit masalah dengan kualitas. Persepsi bahwa 
sekolah swasta memiliki mutu yang kurang daripada sekolah negeri 
menyebabkan sekolah negeri kebanjiran peminat. Lain halnya dengan di 
Amerika. Meskipun biayanya lebih mahal, sekolah swasta dilirik oleh 
orang mampu karena sekolah swasta atauprivate schools umumnya memiliki 
image borjuis dan elite. Soal mutu, mungkin ada perbedaan sedikit, tapi 
tidak terlalu signifikan.
Yang mana duluan, teori atau praktek?
Sistem
 pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada teori. Semuanya 
berdasarkan teori. Memang sekolah mempunyai lab, namun jarang digunakan.
 Siswa-siswa SD diajarkan materi yang jauh melebihi kemampuan nalarnya. 
Secara akademis, mereka bagus. Namun, begitu disuruh melakukan praktek, 
mereka kelabakan. Seperti sebuah adegan dari film 3 Idiots, hanya Rancho
 yang mempraktekkan air garam sebagai elektrolit dengan cara menyetrum 
seniornya yang kencing di depan pintunya dengan sebuah sendok.Semua 
orang tahu kalau air garam adalah elektrolit, tapi tidak semua orang 
bisa mempraktekkan kegunaannya.
Orang Amerika berbeda lagi. Mereka memiliki rasa ingin tahu dan sikap ilmiah yang cukup tinggi. Sistem pendidikan berbasis pada learning by doing atau “belajar dengan cara melakukan”. Jika anda berkunjung ke sekolah Amerika, biasanya pada pelajaran sains, lab pasti ramai. Selain itu, di beberapa sekolah, terdapat kewajiban kerja amal.
Ini
 melatih soft skill siswa untuk hidup di masyarakat. Sebagai 
perbandingan, dalam kurikulum Amerika tidak dikenal adanya “Pendidikan 
Agama” ataupun “Budi Pekerti” atau “Pendidikan Anti-Korupsi”. Tapi 
apakah itu berarti mereka tidak punya moral dan akhlak? SALAH BESAR! Di 
Indonesia, kita hanya mempelajari teori Budi Pekerti, bukan 
mempraktekkan, sedang orang Amerika sudah belajar etika dari masyarakat 
sejak kecil.
Konsumerisme
Orang Indonesia cenderung ikut-ikutan. Entah itu trend handphone, memakai kawat gigi, bermobil, dan sejenisnya. Hal itu menyebabkan tingkat konsumsi Indonesia akan barang luar sangat besar. Apalagi penyebabnya kalau bukan iklan-iklan tidak bermutu di media massa dan tekanan teman-teman (peer group). Remaja-remaja membuang-buang uang untuk membeli BlackBerry, berbondong-bondong ke ahli gigi untuk memasang kawat gigi yang membuat penampilan mereka semakin hancur saja, dan merengek kepada orang tua agar dibelikan mobil. Bahkan para orang tua pun memiliki konsumsi yang cukup besar, apalagi yang tinggal di daerah metropolitan macam Jakarta.
Sebenarnya orang Amerika tidak terlalu berbeda, tapi mereka mempunyai konsep yang jelas tentang keuangan mereka. Dengan bantuan financial advisor, perencanaan keuangan menjadi mudah. Ditambah dengan asuransi, maka mereka tidak perlu khawatir apabila mobil mereka tiba-tiba hancur. Tapi yang terlihat jelas berbeda adalah kemampuan remaja Amerika dalam mencari uang sedari remaja. Tidaklah aneh melihat mahasiswa bekerja di sebagai kasir convinience store atau busboy di McDonalds untuk mencari tambahan uang jajan. Intinya, mereka lebih tahu cara menggunakan uang.
Apakah jalan hidupmu hanya satu, atau banyak?
Sistem
 pendidikan Indonesia memiliki ciri khas, yaitu sistem penjurusan sedari
 SMA yaitu IPA dan IPS. Dan celakanya, pamor jurusan IPA lebih baik 
daripada IPS. Hal ini membuat seolah-olah jalan hidup dibagi menjadi 2, 
yaitu mau jadi orang IPA atau IPS. Tapi tetap saja, sistem pendidikan 
Indonesia tidak menghargai siswa itu sendiri karena sistem ini. Siswa 
adalah sebuah wildcard, seorang Novice yang belum memperoleh Job dan 
mengalokasikan Skill Point. Dengan adanya penjurusan, maka sekolah 
mematikan hak siswa untuk memilih apa yang disenangi.
Di Amerika, siswa diberi kebebasan memilih mata pelajaran apapun yang ia sukai. Selain menyenangkan, sistem itu membuatnya lebih cepat mengenali kemampuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan liberal bangsa Amerika.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar